-->

Cara Mengetahui Orang Berbohong atau Tidak Melalui Gerak Tubuh

Cara Mengetahui Orang Berbohong atau Tidak Melalui Gerak Tubuh ~ Sering kali kita berhadapat dan berkomunikasi dengan orang lain yang membutuhkan sebuah kebenaran informasi. Namun terkadang kita ragu, apakah informasi yang diberikan oleh lawan biacara kita adalah sebuah infornasi yang valid atau justru sebaliknya.

Para pengamat bahasa tubuh dan para psikologis kemudian melakukan sebuah penelitian yang menghasilkan sebuah indikator kebohongan yang dilakukan oleh orang yang sedang berbicara. Menurut para ahli, orang yang berbohong atau tidak bisa dilihat dari gerak tubuh atau bahasa tubuh ketika dia berbicara.

Di bawah ini merupakan bahasa tubuh atau gerak tubuh seseorang yang terindikasi sedang berbohong. Namun apakah itu benar atau tidak, kita bahas nanti di akhir tulisan ini sebagai sebuah kesimpulan.

H2>Ciri-Ciri Orang yang Sedang Berbohong
  • Gerak tubuh yang minim atau sama sekali tidak bergerak atau justru bergerak secara berlebihan. Orang yang sedang berbohong cenderung 'membeku', tidak sering berhadapan dengan lawan bicara, dan berusaha meminimalisasi gerak tubuhnya. Ada pula yang justru bergrak secara berlebihan. Semua itu adalah usaha untuk menghindari munculnya tanda-tanda bahwa dia sedang berbohong. Namun, hal ni justru juga bisa menjadi petunjuk bahwa seseorang sedang berbohong.
  • Tidak ada kontak mata. Orang sedang berbohong seringkali menghindari kontak mata. Secara naluriah, dia akan menghidari tatapan mata lawan bicaranya. Kontak mata dalam berbicara merupakan pendukung dan juga menyimpan informasi tambahan ketika berbicara. Dengan melakukan kontak mata, seseorang yang sedang dibohongi akan menangkap signal informasi yang tidak sinkron dengan apa yang diucapkan. Itulah mengapa kemudian ada juga ilmu ilmiah membaca pikiran orang lain melalui kontak mata.
  • Gesture bagian tubuh lain yang menunjukkan rasa tertekan. Misalnya mengkukur2, memainkan kuku jari, mengedipkan mata secara berlebihan, menelan ludah berkali-kali, dan gerakan lain yang dilakukan berulang-ulang. Perasaan takut, gugup, tidak nyaman, serta bayangan tentang apa yang akan terjadi jika dia diketahui berbohong akan membuat orang mengalami tekanan yang tinggi dan melakukan hal-hal yang sebenarnya menunjukkan kegelisahan.
  • Melihat ke bagian kanan atas. Melihat ke arah ini diasosiasikan sebagai usaha untuk memperkerjakan dan mengolah otak kanan untuk memunculkan imajinasi, yaitu usaha untuk membuat jalinan cerita berdasarkan apa yang telah diceritakannya. Sebaliknya, melihat ke bagian kiri disosiasikan sebagai usaha memanggil memori untuk menyatakan kebenaran/jalinan cerita yang sesungguhnya.
  • Bicara yang tersendat-sendat (paused). Tidak semua orang memiliki bakat yang besar dalam membuat cerita serta berbicara dengan lancar pada saat berbohong. Sehingga, seringkali ditemui pembicaraan yang dihentikan sejenak dan dalam tempo yang tidak wajar. Biasanya terjadi ketika suatu bagian cerita bohong hendak dilontarkan, yaitu ketika dia sedang berusaha mengarang suatu jalinan cerita. Di sinilah biasanya cerita yang disampaikan mulai tidak konsisten dan berubah-ubah.
  • Menyentuh hidung dan menutup wajah atau mulut. Ini juga merupakan bawaan sejak kecil, yang merupakan respon reflektif ketika seseorang ingin menutup-nutupi sesuatu.
  • Nada bicara yang tinggi. Orang yang berbohong cenderung menaikkan nada bicara. Baik karena sebagai usaha menegaskan informasi yang disampaikan, emosi yang meningkat, maupun tekanan yang tinggi. Hal ini akan sangat mudah diketahui apabila anda telah mengenal kebiasaan berbicara lawan bicara.
Apakah betul bahwa gerak tubuh di atas mengindikasikan seseorang sedang berbohong? Mungkin iya mungkin tidak. Tulisan ini tidak ingin menjadikan anda su'udzon terhadap lawan bicara anda. Untuk itu maka saya imbangi dengan ulasan sebaliknya yang menyangkal bahwa tidak selamanya indikasi di atas adalah sebuah indikator kebohongan.

Setiap orang memiliki sifat atau karakter tersendiiri yang akan selalu muncul ketika dia berbicara dengan orang lain. Bisa saja, gerak tubuh di atas merupakan sikap dasar dari orang tersebut. 
  • Gerak tubuh yang minim atau berlebihan, kadang ada orang yang memang memiliki dasar seperti ini. Ketika berbicara tidak banyak aksi atau justru sebaliknya.
  • Tidak ada kontak mata, nah ini juga sangat berbahaya kalau setiap orang yang berbicara tanpa berani melakukan kontak mata dianggap sedang berbohong. Sebab ada sebagian orang yang merasa sangat hormat dengan lawan biacaranya sehingga tidak berani untuk beratapan langsung dengan lawan bicaranya. Atau memang dia memiliki sifat dasar minder, sehingga ketika berbicara dengan siapa saja dia tidak akan berani bertatapan langsung. 
  • Gerak tubuh seprti menggaruk-garuk kepala, memegang hidupng dan lain sebagainya juga bisa merupakan indikator seseorang tidak percaya diri terhadap lawan bicaranya. Atau meang ini sudah menjadi sikap dasar dan karena kurangnya pengetahua tentang cara berkomunikasi yang baik dan benar. Saya sering menemukan hal ini pada orang-orang desa yang baru datang ke kota kemudian berkomunikasi dengan orang kota, maka geraka-gerakan ini sebagai gambaran bahwa dia salah tingkah dan merasa minder di hadapan lawan bicaranya.
  • Bicara yang tersendat, nah ini juga bahaya kalau setiap orang yang berbicara secara tersendat dikatakan sedang berbohong. Bagaiman dengan orang yang gagu. Hehehe.....
  • Berbicara dengan nada tinggi, ada orang-orang tertentu misal orang Batak yang kalau berbicara selalu meledak-ledak. Jadi ini juga tidak bisa dijadikan patokan kalau dia sedang berbohong. Kecual kalau memang kesehariannya dia berbicara dengan nada lembut, terus pada suatu ketika berbicara dengan nada tinggi, mungkin ini bisa dijadikan sebagai indiakator kebohongan.
Kesimpulannya adalah, boleh saja kita mendeteksi kebohongan lawan biacara kita apalagi kalau memang lawan bicara kita memang sudah terbiasa melakukan kebohongan dan kita membutuhkan informasi yang benar-benar valid dari lawan bicara kita. Hal ini dilakukan sebagai kewaspadaan kita agar tidak mudah terjebak pada informasi yang salah. Karena bisa saja kalau kita menelan mentah-mentah informasi yang didapatkan, justru akan menjatuhkan diri kita pada masalah besar.

Apalagi kalau informasi yang didapat berupa keburukan orang lain yang menyangkut diri kita, maka alangkah baiknya kalau kita tidak hanya mendegar dengan sebelah telinga. Artinya, kita harus secara adil mau mendengarkan informasi tidak hanya dari sebelah pihak, tapi juga harus mendengarkan dari pihak lain. Jadilah sebagai pendengar yang baik sehingga bisa memutuskan sebuah jalan kelauar dari masalah secara baik.