Ia memilih dipanggil Saffia kini. Nama sebenarnya, Karen Meek. Nama Saffia dilekatkan di depan namanya, kadang orang menulis di tengah namanya.
Bersama Eric, suaminya, Saffia bahu membahu bersyiar Islam di Lewisville, Texas. Keduanya juga aktif di Pusat Hubungan Islam-Amerika (CAIR). Di sela-sela kesibukannya sebagai staf sebuah restoran besar di kotanya, ia aktif mengikuti kajian Islam.
Selain keterlibatannya dengan CAIR, Saffia juga aktif dalam Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA). Ia pernah menjadi Ketua Konferensi Media untuk konferensi regional ISNA di Dallas.
Di kalangan kubu anti-Islam, ia dilihat sebagai ancaman. Sebuah surat kabar Amerika pernah menuliskan ulasan tentang dia. “Kebencian Meek terhadap Amerika Serikat menimbulkan ancaman terhadap keamanan negeri ini,” demikian ulas Globe News.
Media ini mengomentari sebuah artikel yang ditulis Saffia Oktober 2006 tentang bagaimana orang seharusnya tidak menyamaratakan Muslim. Dia menuliskan, “Jika Anda ingin kebenaran tentang apa inti ajaran Islam, silakan membaca Quran untuk diri sendiri. Council on American-Islamic Relations mengembangkan kampanye ‘Jelajahi Quran’ dan ‘Jelajahi Hidup Muhammad’ untuk menemukan sendiri kebenaran tentang Islam.”
Ia juga menuliskan tulisan lain bertajuk “Jangan percaya semua yang anda dengar tentang Muslim”. Dalam tulisan itu, ia menegaskan Islam tidak mengajarkan membenci orang Kristen atau Yahudi. “Sebaliknya, Alquran menyebut mereka yang Ahli Kitab,” tulis Saffia yang dimuat di Lufkin Daily News.
Namun siapa sangka, Saffia semula adalah seorang atheis. “Saya tumbuh dewasa dengan pola pikir bahwa agama adalah sesuatu yang bodoh,” ujarnya.
Ia selalu mentertawakan jika ada orang berkata tentang Tuhan. “Saya tidak percaya adanya Tuhan. Saya tidak memikirkan bagaimana dunia ini diciptakan, dan terus terang, saya tidak peduli,” ujarnya.
Berpacaran dengan Eric, ia merasa seide. Pemuda idamannya itu semula penganut Kristen Baptis, tapi kemudian menjadi seorang atheis.
Suatu saat, ia menyadari sang pacar berubah. “Saya pikir ia sudah mengalami cuci otak. Tiba-tiba saja ia berhenti minum minuman beralkohol,” ujarnya. Eric juga menolak jika disodori daging babi dan melakukan “ritual aneh” lima kali sehari.
Rupanya, tanpa sepengetahuannya, ia belajar tentang Islam. Ketika pernikahan keduanya berhitung mundur dalam hitungan pekan, Eric akhirnya mengaku: telah menjadi Muslim.
Saffia serasa tertampar. Namun pilihan yang diberikan Eric untuk mundur dari rencana menikahinya ditolak perempuan ini. Meski shock Karen tetap ingin melanjutkan rencana pernikahannya dengan Eric.
Ia justru penasaran mengapa Eric memilih Islam. Ia diam-diam juga mempelajarinya. “Hanya untuk memahami Eric, tanpa niat ikut masuk agama itu,” ujarnya.
Namun wanita yang semula disapa Karen ini mengakui bahwa agama Islam memberikan penjelasan paling logis tentang Tuhan dan penciptaan alam semesta dan sulit bagi Saffia membantahnya.
Ia akhirnya menikah dengan Eric. Saffia masih terus mempelajari Islam dan untuk pertamakalinya ia mencoba menunaikan salat, saat suaminya bekerja di kantor. Ia belajar salat sendiri dari sebuah buku.
“Sampai pada titik ini, saya melakukan segala sesuatunya dengan diam-diam. Saya tidak cerita pada Eric. Saya tidak mau memeluk agama hanya karena suami saya memeluk sebuah agama. Saya ingin menemukan jalan saya sendiri,” ungkapnya.
Hingga akhirnya, ia membulatkan tekad untuk mengikuti jejak suaminya memeluk agama Islam. Saffia pun mengucapkan dua kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang muslimah.
(Republika.co.id)