4 Film Indonesia Terbaik di Mata Dunia ~ Ditengah-tengah semakin luntrunya kecintaan terhadap negeri sendiri, para sineas Indonesia terus berkarya menghasilkan film-film terbaik mereka. Sepertinya para sineas kita sadar bahwa bangsa Indoensia lebih menyukai produk-produk luar neger atau paling tidak lebih menyukai apa yang sedang populer di luar negeri ketimbang apa yang sudah dibuat oleh saudara sendiri di ngeri sendiri. Karena hal tersebut, maka para sineas Indonesia terus berkarya sehingga menghasilkan film terbaik yang tembus ke pasar Internasional dan mendapat sambutan hangat di masayarakat dunia Internasional.
Lihat ada berapa film Indonesia yang pada masa penggarapannya mendapatkan cibiran dan dipandang sebelah mata, namun ketika sudah menjadi hit di luar negeri baru orang Indonesia berbondong-bondong menontonnya. Ya, itu adalah realita sebagian anak negeri yang lebih memiliki mencintai segala hal yang dicintai oleh bangsa lain. Sunggu ironis.
Namun dari kondisi tersebut, justru berdampak positif bagi para sineas Indonesia. Mereka lebih inten dalam menciptakan film-film dengan kulaitas baik. Tidak sedikit film-film Indoensia yang berhasil mendapatkan sambutan baik di mata dunia. Berikut adalah beberapa film terbaik Indonesia di mata dunia.
Film
'Modus Anomali' yang diproduksi Lifelike Pictures dengan produser
Sheila Timothy sukses menuai banyak pujian. Setelah melakukan world
premiere di festival film terbesar kedua di Amerika Serikat, South By
Southwest (SXSW) 2012, di Austin, Texas pada 9-17 Maret 2012 lalu, film
besutan sutradara Joko Anwar ini menjadi sorotan.
Tak
hanya sekadar dipuji, film ini pun terpilih ditayangkan pada section
"Midnighters". Section ini adalah bagian acara khusus menampilkan
film-film terpilih bergenre fantastik untuk ditayangkan pada tengah
malam.
Dalam bagian "Midnighters" Modus Anomali
tayang sebanyak 4 kali yaitu pada 11 Maret, 12 Maret, 14 Maret, dan 16
Maret 2012. Tak hanya itu, film yang dibintangi oleh Rio Dewanto ini
juga mendapat review beragam. Beberapa tanggapan positif juga datang
dari para kritikus dan blogger film di Amerika.
Sebelumnya,
film Modus Anomali yang akan tayang di bioskop tanah air mulai tanggal
26 April 2012 juga sempat memenangkan penghargaan, seperti Bucheon Award
di Korea Selatan. Setelah menyabet penghargaan bergengsi ini, beberapa
investor film mancanegara dikabarkan berebut penawaran agar dilibatkan
dalam proses produksinya.
Menurut rilis yang
diterima VIVAnews.com, penghargaan ini dianugerahkan di ajang Network of
Asian Fantastic Films (NAFF) yang merupakan bagian dari Puchon
International Fantastic Film Festival di Korea Selatan.
Modus
Anomali adalah film thriller yang bercerita tentang seorang laki-laki
yang harus menyelamatkan keluarganya yang hilang saat berlibur di sebuah
hutan. Ia juga harus berjuang menghindari kejaran seorang pembunuh
misterius.
The Raid
Sejak masa
produksinya, film garapan Gareth Evans ini sudah menuai banyak pujian.
Terbukti dengan diraihnya penghargaan "The Cadillac People's Choice
Midnight Madness Award" dan menjadikannya sebagai film komersial
produksi Indonesia pertama yang paling berhasil di tingkat dunia.
Tidak
hanya karena skenarionya yang penuh adegan berkelahi, film ini juga
berhasil memicu semangat dunia perfilman Indonesia yang belakangan ini
dibuat jenuh dengan film-film yang hanya mengeksploitasi cerita misteri
lokal.
Sejak penayangan perdananya pada 23
Maret lalu, jumlah penonton film yang dibintangi Iko Uwais ini juga
terus bertambah dari hari ke hari. Tak hanya itu, film ini juga meraih
sukses di Amerika Serikat.
Film produksi PT Merantau
Film ini berhasil melesat tajam di box office AS. Film 'The Raid' berada
di posisi 11 dengan penghasilan sebesar US$1.228 juta atau sekitar Rp11
miliar. Tak hanya sukses di negara Paman Sam, film bergenre laga ini
juga berhasil menarik perhatian penonton di tanah air. Bahkan, di
beberapa bioskop, juga terjadi penambahan layar untuk film tersebut.
Hal
ini bisa dibilang luar biasa untuk film Indonesia sekaligus membuktikan
bahwa antusiasme masyarakat tanah air begitu besar untuk menyaksikan
film ini. Penonton film 'THe Raid" di Indonesia telah mencapai 1 juta
lebih saat penayangan perdananya.
The Witness
Setelah
'The Raid', film Indonesia kembali mendapat sambutan hangat di negara
lain. Kali ini giliran film bergenre thriller, 'The Witness'. Film yang
disutradarai Muhammad Yusuf ini sudah tayang di Filipina sejak 21 Maret
lalu. Untuk pertama kalinya film Indonesia dapat tayang secara komersil
di sana, dan tidak sebatas pengisi di festival film saja.
Sebelum
ditayangkan untuk umum, Cinema Evaluation Board (CEB), sebuah badan
resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai A. Tak cuma
itu, sejumlah media Filipina juga berpendapat, negaranya harus belajar
membuat film dengan Indonesia.
Tak hanya
Filipina, menurut produser film 'The Witness', Sarjono Sutrisno, film
ini juga akan diputar di sejumlah negara Asia. "Rencananya Juni akan
tayang di Singapura, Malaysia, Brueai, Thailand, dan Dubai. Kita mau
kuatkan dulu di Asia," ujarnya.
Film untuk 18
tahun ke atas ini bercerita tentang seorang wanita bernama Angel (Gwen
Zamora) yang dihantui mimpi aneh. Ia bermimpi ada pemuda mencoba bunuh
diri dengan menembakkan senjatanya sendiri ke mulut. Film ini akan mulai
diputar di bioskop tanah air pada 26 April 2012.
'Langit Biru' dan 'Lovely Man' dipuji di Jepang
Setelah
film 'The Raid' tayang di Festival Film Internasional Toronto dan
'Modus Anomali' tayang di SXSW Film Festival, kini giliran film 'Langit
Biru' dan 'Lovely Man' masuk nominasi Osaka Asian Film Festival, Jepang.
Terpilihnya
dua film dari Indonesia merupakan hal yang istimewa karena setiap tahun
Festival Film di Osaka hanya memilih satu film dari masing-masing
negara peserta. Menurut panitia, kedua film Indonesia layak masuk
kualifikasi karena kualitas dan keunikannya.
Film
musikal anak-anak 'Langit Biru' diputar di Umeda Garden Cinema dan
menghadirkan sutradara Lasja F. Susatyo. Dalam film tersebut, sang
sutradara menggambarkan problema sehari-hari anak-anak di Jakarta dan
cara mereka mengatasi masalah sendiri. Salah satu tema yang diusung
yaitu adanya perbedaan dan sikap saling menghargai perbedaan tersebut.
Para
penonton yang hadir mengatakan terhibur dengan film ini dan mengajukan
berbagai pertanyaan seputar pembuatan film dan kondisi di Indonesia.
Selanjutnya, film 'Lovely Man' juga diputar di bioskop Cine Nouveau.
Film yang disutradarai Teddy Soeriaatmadja ini pun menyedot cukup banyak
penonton Jepang yang tertarik dengan film-film Asia berkualitas.
Film
ini pada dasarnya merupakan film keluarga yang menceritakan hubungan
ayah dan anak yang sudah lama tidak saling bertemu. Dalam film ini
disajikan sosok sang anak yang santun, berjilbab dan lulusan pesantren
di daerah yang akhirnya bertemu dengan sang ayah yang hidup keras
sebagai waria di ibukota Jakarta.
Menurut salah
seorang penonton Jepang, "Film Indonesia lebih mudah dipahami dalam
menyampaikan pesan dibanding film Jepang yang rumit."
Itulah 4 film Indonesia terbaik yang mendapat banyak pujian di mata dunia. Tentu hal ini sangat menginspirasi saya untuk lebih mencintai dan memuji film Indonesia sebelum bangsa lain melakukannya. Jangan samapia saya mecintai film Indonesia karena sudah disukai orang manca negara, bukan karena pandanga sendiri secara objektif.