Pelajaran Berharga Dari Kakek Penjual Sapu Lidi ~ Seperti sudah saya singgung pada tulisan saya sebelunya yang berjudul Sumber Inspirasi bisa Apa Saja. Kisah berikut ini juga sangat menginspirasi saya.
Suata ketika seorang teman bercerita. Dia dan keluarga makan di sebuah warung angkringan (warung makan kaki lima, biasanya beratap tenda). Setelah selesai makan mereka sekeluarga keluar dari tenda angkringan.
Dipojok tenda di amelihat seorang kakek tua dengan pakaian lusuh dan nampak lemah tidak berdaya. Di sampingnya tergolek sebuah ikatan. Nampak jelas, ikatan itu terdiri dari beberapa ikat sapu lidi.
Ibu dari keluarga itu berjalan menghampiri kakek tua itu dan menyodorkan uang sebesar Rp. 5000. Kakek tua itu kemudian mengambil dua ikat sapu lidi dan memberikannya kepada si ibu.
Si ibu kemudian berkata, "gak, ini uang buat kakek, saya tidak bermaksud membeli sapu kakek".
Kakek tua itu menunduk tampak lesu sekali sambil menggelengkan kepala. Kemudian berkata dengan suara yang sangat lirih.
"Saya bukan pengemis bu, terima kasih ibu sudah merasa kasihan pada saya, tapi saya bukan pengemis, saya ingin mendapatkan uang dengan hasil kerja saya, bukan karena belas kasihan orang"
Sejenak ibu teman saya tersebut tertegun, nampak matanya berkaca-kaca melihat keteguhan sang kakek mempertahankan harga dirinya.
Sejenak kemudian dia mengambil selembar lagi uang 5000-an dari dompetnya sehingga ditangannya sekarang adang uang sejumlah Rp. 10.000 dan kemudian menyodorkannya kepada si kakek sambil berkata. "Kek, saya beli sapu lidi 4 ikat".
Nah, itu adala kisah kakek sang penjual sapu lidi yang menurut saya bisa memberikan inspirasi sekaligus motivasi hidup bagi kita yang masih muda. Lihat, seorang kakek tua yang sudah lemah saja masih mau bekerja keras mendapatkan uang dengan kerja keras tanpa berharap belas kasihan orang. Lalu kenapa masih banyak anak muda dengan fisik sehat dan kuat masih menyodorkan telapan tangan berharap belas kasihan orang?
Suata ketika seorang teman bercerita. Dia dan keluarga makan di sebuah warung angkringan (warung makan kaki lima, biasanya beratap tenda). Setelah selesai makan mereka sekeluarga keluar dari tenda angkringan.
Dipojok tenda di amelihat seorang kakek tua dengan pakaian lusuh dan nampak lemah tidak berdaya. Di sampingnya tergolek sebuah ikatan. Nampak jelas, ikatan itu terdiri dari beberapa ikat sapu lidi.
Ibu dari keluarga itu berjalan menghampiri kakek tua itu dan menyodorkan uang sebesar Rp. 5000. Kakek tua itu kemudian mengambil dua ikat sapu lidi dan memberikannya kepada si ibu.
Si ibu kemudian berkata, "gak, ini uang buat kakek, saya tidak bermaksud membeli sapu kakek".
Kakek tua itu menunduk tampak lesu sekali sambil menggelengkan kepala. Kemudian berkata dengan suara yang sangat lirih.
"Saya bukan pengemis bu, terima kasih ibu sudah merasa kasihan pada saya, tapi saya bukan pengemis, saya ingin mendapatkan uang dengan hasil kerja saya, bukan karena belas kasihan orang"
Sejenak ibu teman saya tersebut tertegun, nampak matanya berkaca-kaca melihat keteguhan sang kakek mempertahankan harga dirinya.
Sejenak kemudian dia mengambil selembar lagi uang 5000-an dari dompetnya sehingga ditangannya sekarang adang uang sejumlah Rp. 10.000 dan kemudian menyodorkannya kepada si kakek sambil berkata. "Kek, saya beli sapu lidi 4 ikat".
Nah, itu adala kisah kakek sang penjual sapu lidi yang menurut saya bisa memberikan inspirasi sekaligus motivasi hidup bagi kita yang masih muda. Lihat, seorang kakek tua yang sudah lemah saja masih mau bekerja keras mendapatkan uang dengan kerja keras tanpa berharap belas kasihan orang. Lalu kenapa masih banyak anak muda dengan fisik sehat dan kuat masih menyodorkan telapan tangan berharap belas kasihan orang?